Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerima hadiah istimewa dari Qatar: sebuah jet jumbo Boeing 747 seharga USD 400 juta (sekitar Rp 6,6 triliun). Pemerintah AS telah menyetujui penerimaan hadiah mewah ini yang disebut-sebut sebagai “istana terbang”. Pesawat tersebut akan menjadi pengganti sementara Air Force One, hingga pesawat kepresidenan baru rampung.
Jet pribadi ini bukanlah pesawat biasa. Dilengkapi dengan fasilitas mewah, pesawat tersebut menawarkan kemewahan tak tertandingi, termasuk kamar tidur utama dan tamu, beberapa kamar mandi, dapur kecil, dan kantor pribadi. Kemewahan ini dipadukan dengan teknologi mutakhir untuk menunjang kenyamanan dan keamanan penerbangan tingkat tinggi.
Istana Terbang nan Mewah: Fitur dan Fasilitas
Boeing 747-8 ini sebelumnya digunakan oleh keluarga kerajaan dan pejabat tinggi Qatar. Namun, pesawat ini telah melalui renovasi besar-besaran sebelum diberikan kepada Trump.
Renovasi yang dilakukan AMAC Aerospace, sebuah perusahaan spesialis perawatan pesawat asal Swiss, memakan waktu lebih dari dua tahun. Hasilnya adalah sebuah pesawat dengan interior yang luar biasa mewah dan fungsional.
Interior yang didesain oleh Alberto Pinto Cabinet, firma desain interior Prancis ternama, memadukan kemewahan dan fungsionalitas. Lima lounge yang tersebar di dua dek utama dihubungkan oleh tangga megah.
Fasilitasnya pun lengkap. Terdapat 40 lebih televisi, termasuk 10 layar lebar, akses TV dan radio langsung, 13 pemutar Blu-ray, serta konektivitas internet. Kursi-kursi nyaman, panel kayu, dan perabotan emas menambah kesan mewah.
Ruang konferensi dilengkapi dengan kursi empuk dan bantal tebal yang dapat diatur dengan menekan tombol. Dinding berwarna emas di koridor memantulkan cahaya, mengingatkan pada desain khas Trump di propertinya.
Pengganti Sementara Air Force One yang Lebih Canggih
Penerimaan jet jumbo ini berkaitan dengan keterlambatan penyelesaian pesawat kepresidenan baru oleh Boeing. Proyek tersebut mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya.
Trump, melalui akun Truth Social, menyatakan akan menerima hadiah tersebut sebagai solusi sementara. Pesawat ini akan berfungsi sebagai Air Force One hingga pesawat baru selesai, diperkirakan pada tahun 2027.
Meskipun berusia lebih dari 10 tahun, Boeing 747-8 ini unggul dalam beberapa hal dibandingkan Air Force One saat ini. Jangkauannya mencapai 12.440 km dengan kecepatan maksimum 1.062 kph, lebih jauh dan cepat dari Air Force One yang hanya mampu menempuh jarak 10.943 km dengan kecepatan 1.036 kph.
Setelah diserahkan ke Departemen Pertahanan AS, pesawat ini akan menjalani perombakan lagi. L3Harris, kontraktor pertahanan terbesar keenam di AS, akan menambahkan fitur keamanan dan komunikasi yang dibutuhkan untuk sebuah pesawat kepresidenan.
Kembali ke Rumah: Sebuah Kisah Boeing
Menariknya, meskipun telah melayani para elit Qatar selama bertahun-tahun, pesawat ini sebenarnya “pulang kampung”. Pesawat ini diproduksi oleh Boeing di fasilitasnya di negara bagian Washington.
Boeing sendiri menghadapi masalah besar karena keterlambatan proyek Air Force One generasi baru. Proyek senilai USD 3,9 miliar ini telah mengalami penundaan bertahun-tahun dan pembengkakan biaya miliaran dolar akibat kendala pemasok dan teknis.
Keterlambatan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pesawat baru tidak akan selesai sebelum Trump meninggalkan jabatannya pada tahun 2028. Dengan demikian, jet jumbo hadiah dari Qatar menjadi solusi sementara yang sangat mewah.
Dengan ukuran panjang 76 meter, Boeing 747-8 ini akan menjadi jet penumpang terpanjang yang pernah digunakan sebagai Air Force One. Ini menandai babak baru dalam sejarah penerbangan kepresidenan AS, sementara menunggu pesawat kepresidenan baru yang tertunda.
Hadiah jet mewah ini menyoroti hubungan diplomatik antara Qatar dan AS, sekaligus memberikan gambaran menarik mengenai tantangan dalam proyek-proyek besar pemerintah, seperti pembuatan pesawat kepresidenan. Kemewahan pesawat ini juga menjadi sorotan, sekaligus menggambarkan betapa tinggi standar kenyamanan dan keamanan yang diharapkan untuk pemimpin negara adidaya.