Paus Fransiskus, pemimpin spiritual Gereja Katolik Roma, meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025, di usia 88 tahun. Kabar duka ini disampaikan dari Vatikan, Italia. Penyebab kematiannya adalah penyakit bronkitis kronis yang telah lama dideritanya.
Sebelum kematiannya, Paus Fransiskus sempat menjalani perawatan di rumah sakit dan keluar pada 23 Maret 2025. Meskipun kesehatannya menurun, ia tetap menjalankan tugas-tugasnya sebisa mungkin hingga akhir hayatnya.
Kepemimpinan Paus Fransiskus selama bertahun-tahun meninggalkan jejak yang mendalam. Ia dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, peduli terhadap kaum miskin dan tertindas, serta vokal dalam menyuarakan isu-isu sosial dan lingkungan.
Selain itu, Paus Fransiskus juga sangat memperhatikan perkembangan teknologi terkini. Ia seringkali mengomentari dampak teknologi terhadap kehidupan manusia, khususnya penggunaan media sosial dan kecerdasan buatan.
Keprihatinan Paus Fransiskus terhadap Teknologi
Paus Fransiskus pernah mengungkapkan kekhawatirannya akan penggunaan smartphone yang berlebihan saat misa di gereja. Ia melihat banyak umat yang lebih sibuk dengan gadget mereka daripada fokus pada ibadah. Hal ini menunjukkan kepeduliannya terhadap spiritualitas dan hubungan manusia yang sejati.
Lebih lanjut, Paus Fransiskus juga memberikan perhatian khusus pada perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Ia menekankan pentingnya penggunaan AI yang etis dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dalam sebuah konvensi internasional tentang AI Generatif dan Paradigma Teknokratis, Paus Fransiskus menegaskan, “AI adalah dan harus tetap menjadi alat di tangan manusia.” Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kontrol manusia atas teknologi agar tidak terbalik dikuasai oleh teknologi itu sendiri.
Analisis Risiko dan Peluang AI
Paus Fransiskus mendorong akademisi dan para ahli untuk menganalisis secara mendalam peluang dan risiko yang terkait dengan pengembangan AI. Hal ini diperlukan agar AI dapat digunakan secara bertanggung jawab dan tidak merugikan manusia.
Ia berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkomitmen untuk mengeksplorasi bagaimana AI bisa meningkatkan martabat manusia dan melayani mereka yang kurang beruntung. Namun, ia juga mengingatkan perlunya mitigasi risiko yang melekat pada perkembangan AI yang pesat.
Paus Fransiskus juga mempertanyakan tujuan utama pengembangan AI. “Apakah AI berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia, meningkatkan kesejahteraan, dan pengembangan integral manusia? Atau AI justru berfungsi untuk memperkaya dan meningkatkan kekuatan beberapa raksasa teknologi yang sudah tinggi meski membahayakan manusia?” tanyanya.
AI untuk Meningkatkan Martabat Manusia
Paus Fransiskus menekankan bahwa inovasi teknologi, termasuk AI, harus diarahkan untuk meningkatkan martabat manusia dan kesejahteraan bersama. Ia mengajak semua pihak untuk bijak dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi.
Ia menegaskan, “Kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk berpikir dan bertindak dengan cara baru, dengan pikiran, hati dan tangan untuk mengarahkan inovasi menuju tujuan yang berpusat pada keutamaan martabat manusia.” Pernyataan ini menjadi pesan terakhirnya yang relevan hingga saat ini.
Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan kepemimpinannya, termasuk pandangannya yang bijak tentang teknologi, akan terus menginspirasi banyak orang untuk membangun masa depan yang lebih baik dan bermartabat bagi semua.