Edukasi

5 Tradisi Waisak Unik: Lampion & Ritual Sakral Buddha

Tim Redaksi

Hari Raya Waisak 2569 BE akan jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. Perayaan ini memiliki makna mendalam bagi umat Buddha di seluruh dunia, sebagai peringatan tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Gautama: kelahiran, pencapaian pencerahan (Bodhi), dan Parinibbana (wafat). Waisak menjadi momen refleksi spiritual, memperkuat ikatan persaudaraan, dan memperteguh keyakinan.

Tradisi perayaan Waisak beragam di berbagai negara. Di Indonesia, perayaan Waisak identik dengan prosesi menuju Candi Borobudur. Namun, banyak negara lain yang memiliki tradisi unik dan menarik dalam merayakan hari suci ini. Berikut beberapa contohnya.

Tradisi Unik Waisak di Berbagai Negara

Waisak dirayakan dengan penuh khidmat dan keunikan di berbagai belahan dunia. Setiap negara memiliki cara tersendiri untuk memperingati hari besar umat Buddha ini, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas.

Indonesia: Kirab Menuju Candi Borobudur

Perayaan Waisak di Indonesia berpusat di kompleks Candi Borobudur dan Candi Mendut, Jawa Tengah. Upacara diawali dengan puja bakti di Candi Mendut, dilanjutkan dengan kirab Waisak yang meriah menuju Candi Borobudur.

Kirab ini membawa Api Dharma dan Air Suci, simbol kesucian dan pencerahan. Di Candi Borobudur, puncak perayaan ditandai dengan pelepasan ribuan lampion ke langit, melambangkan harapan dan kedamaian dunia. Suasana sakral dan khusyuk menyelimuti seluruh rangkaian acara.

Nepal: Tanah Kelahiran Sang Buddha

Nepal, sebagai tanah kelahiran Siddharta Gautama, memiliki perayaan Waisak yang sangat meriah dan penuh makna. Umat Buddha mengenakan pakaian putih, simbol kesucian.

Baca Juga:  25 PTN & Sekolah Kedinasan: Jalur Mandiri UTBK 2025

Mereka berdoa di berbagai kuil dan mengunjungi tempat-tempat suci seperti Kuil Swayambhunath. Berbagi makanan kepada sesama dan berziarah ke Lumbini, tempat kelahiran Sang Buddha, juga menjadi tradisi penting dalam perayaan Waisak di Nepal. Perayaan ini menjadi refleksi spiritual yang mendalam bagi umat Buddha di Nepal.

Jepang: Ritual Bunga Teratai dan Teh Manis

Di Jepang, perayaan Waisak diwarnai dengan tradisi unik mengelilingi bunga teratai. Bunga teratai diyakini sebagai simbol kesucian dan menjadi tempat Sang Buddha bayi melangkah pertama kali.

Tradisi lainnya adalah memandikan patung Buddha dengan ama-cha, teh manis dari daun hydrangea. Setelah dimandikan, patung Buddha dihiasi kalung bunga teratai sebagai bentuk penghormatan. Ritual ini sarat makna spiritual dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Waisak di Jepang.

China: Festival Memandikan Buddha

Di Tiongkok, Waisak dirayakan dengan Festival Memandikan Buddha (Yufojie). Berbeda dengan di Jepang, patung Buddha bayi di China disiram dengan air harum yang telah didoakan.

Ritual ini dipercaya membawa keberkahan dan membersihkan batin. Suasana khusyuk dan penuh doa mewarnai perayaan ini. Festival Memandikan Buddha merupakan salah satu tradisi utama Waisak yang dirayakan di Tiongkok.

Thailand: Persembahan dan Khutbah Dharma

Thailand juga menjadikan Waisak sebagai hari libur nasional. Umat Buddha di Thailand melakukan persembahan berupa makanan, lilin, dan bunga sebagai simbol pengorbanan duniawi.

Mereka beribadah di vihara, mendengarkan khotbah Dharma, dan mengelilingi kuil sambil membawa lilin. Rangkaian kegiatan ini menjadi wujud penghormatan dan refleksi spiritual bagi umat Buddha di Thailand. Suasana khidmat dan damai menyelimuti perayaan Waisak di Thailand.

Waisak: Momen Refleksi dan Persatuan

Dari berbagai tradisi di atas, tampak jelas bahwa Waisak merupakan momen penting bagi umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini tak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat persaudaraan, memperteguh keyakinan, dan merefleksikan ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Semoga perayaan Waisak 2569 BE membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

Baca Juga:  Homo Sapiens: Rahasia Kelangsungan Hidup Manusia Purba

Baca Juga

Tinggalkan komentar