Berita

Ambisi Bulan China: Desain Reaktor NASA Terungkap, AS Terancam Tertinggal

Tim Redaksi

Perlombaan teknologi antariksa menuju Bulan semakin memanas. Tidak hanya soal pendaratan manusia, tetapi juga tentang membangun koloni permanen di satelit alami Bumi ini. Amerika Serikat dan China menjadi dua kekuatan utama yang bersaing untuk mendominasi era baru eksplorasi Bulan.

Program Artemis NASA, yang ambisius bertujuan mengembalikan manusia ke Bulan dan membangun infrastruktur yang berkelanjutan, menghadapi tantangan baru. Sebuah studi dari ilmuwan China mengungkap potensi kelemahan pada reaktor Fission Surface Power (FSP) yang dirancang NASA untuk mendukung misi jangka panjang ini.

Reaktor Nuklir NASA: Kunci Misi Artemis

Reaktor FSP merupakan komponen kunci keberhasilan misi Artemis. Sistem bertenaga nuklir ini dirancang untuk menyediakan pasokan energi yang andal dan stabil, terutama penting selama malam Bulan yang panjang, mencapai 14 hari Bumi.

Dengan kapasitas 40 kilowatt, reaktor ini diharapkan mampu menjaga kelangsungan sistem penunjang kehidupan dan habitat di Bulan. Namun, kekhawatiran muncul dari ilmuwan China National Nuclear Corporation (CNNC) yang meragukan kelayakan desain FSP.

Para ilmuwan China menyorot beberapa kelemahan desain reaktor FSP. Penggunaan uranium yang sangat diperkaya sebagai bahan bakar memerlukan pelindung berilium yang tebal untuk mengurangi radiasi. Hal ini meningkatkan bobot dan biaya transportasi ke Bulan.

Kekhawatiran dan Solusi Alternatif dari China

Selain masalah bobot, para ahli China juga memprediksi bahwa bahan bakar uranium pada FSP rentan terhadap pembengkakan akibat radiasi. Ini dapat mengurangi umur operasional reaktor secara signifikan, mungkin hanya sekitar delapan tahun sebelum kinerja menurun drastis.

Sebagai tanggapan, China tidak hanya mengutarakan kekhawatiran, tetapi juga menawarkan solusi alternatif. Mereka telah mengembangkan desain reaktor nuklir Bulan yang diinspirasi oleh model reaktor Amerika dan Soviet, khususnya TOPAZ-II dari Uni Soviet.

Baca Juga:  AI Canggih OpenAI: Melihat dan Memahami Gambar

Desain China ini bertujuan untuk mengatasi kelemahan FSP. Salah satu perbedaan utama adalah penggunaan batang bahan bakar berbentuk cincin berongga yang diisi pelet uranium dioksida, dilapisi baja tahan karat untuk perlindungan dan pembuangan panas yang lebih baik.

Sistem pendingin logam cair yang lebih canggih juga diterapkan, menggunakan paduan natrium-kalium (NaK-78) untuk menjaga suhu reaktor di bawah 600°C. Sistem ini dirancang untuk sirkulasi yang efisien di sekitar batang bahan bakar, mencegah panas berlebih dan menjamin operasi aman dalam jangka panjang.

Mekanisme Keselamatan yang Lebih Canggih

Peningkatan signifikan lainnya pada desain China adalah mekanisme kontrol yang jauh lebih canggih. Berbeda dengan sistem kontrol FSP yang relatif sederhana, desain China menawarkan kemampuan manajemen situasi kritis yang lebih baik.

Sistem ini dirancang untuk menangani anomali tak terduga, sangat penting untuk misi Bulan di mana kru manusia akan jauh dari bantuan Bumi dan membutuhkan reaktor yang dapat beroperasi secara mandiri dengan risiko minimal.

Dengan fitur keselamatan yang ditingkatkan, China bertujuan memastikan reaktor mereka dapat menghadapi kondisi ekstrem dan tetap handal dalam jangka waktu yang lebih lama, meminimalisir potensi masalah yang dapat mengganggu operasi di Bulan.

Inovasi teknologi ini menempatkan China sebagai kompetitor serius dalam membangun kehadiran permanen di Bulan. Desain reaktor alternatif mereka menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan dan efisien untuk pembangkit listrik di Bulan, memberikan keunggulan kompetitif signifikan terhadap NASA.

Persaingan ini mendorong inovasi dan percepatan perkembangan teknologi nuklir untuk eksplorasi ruang angkasa. Baik desain NASA maupun China memiliki kelebihan dan kekurangan, dan hanya waktu yang akan menentukan desain mana yang paling efektif dan efisien dalam jangka panjang untuk mendukung koloni Bulan di masa depan.

Baca Juga:  Worldcoin Anjlok: Indonesia Blokir, Harga Ambles 5 Mei

Keberhasilan membangun koloni Bulan bergantung pada solusi energi yang handal dan aman. Tantangan teknis dan politis masih banyak, namun persaingan ini memacu pengembangan teknologi yang akan membentuk masa depan eksplorasi ruang angkasa.

Baca Juga

Tinggalkan komentar