Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, tengah berupaya menciptakan solusi untuk mengurangi praktik menyontek di sekolah. Inisiatif ini diungkapkannya dalam acara Konsolidasi Nasional (Konsolnas) di Depok, Jawa Barat, Selasa (29/4/2025). Langkah ini diambil sebagai respons atas temuan yang menunjukkan tingginya angka kecurangan akademik di kalangan siswa. Mendikdasmen melihat perlunya perubahan mendasar dalam sistem pendidikan untuk mengatasi masalah ini.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menekankan pentingnya menggunakan temuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai dasar perbaikan sistem pembelajaran. Ia percaya bahwa pembelajaran yang mendalam menjadi kunci untuk mencegah siswa melakukan kecurangan. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih jujur dan berintegritas.
Mengubah Metode Pembelajaran: Menuju Deep Learning
Salah satu strategi utama yang diusung Mendikdasmen adalah penerapan metode *deep learning*. Metode ini menekankan pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran, bukan sekadar menghafal. Mendikdasmen menilai sistem pembelajaran yang terlalu bergantung pada hafalan mendorong siswa untuk mencari jalan pintas, seperti menyontek.
Penerapan *deep learning* diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa. Dengan pemahaman yang lebih baik, siswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kompleks tanpa perlu bergantung pada kecurangan. Soal-soal ujian pun akan didesain untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, bukan hanya sebatas menghafal.
Sistem Penilaian Kualitatif: Menggeser Fokus dari Kuantitas
Selain *deep learning*, Mendikdasmen juga berencana untuk menggeser sistem penilaian dari yang bersifat kuantitatif menjadi kualitatif. Sistem penilaian yang selama ini terlalu menekankan angka-angka dinilai telah membuat siswa fokus pada nilai semata, bukan pada pemahaman materi.
Dengan sistem penilaian kualitatif, guru dapat lebih menilai proses belajar siswa, bukan hanya hasil akhirnya. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, serta mengurangi tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dengan cara yang tidak jujur. Perubahan ini akan diterapkan secara bertahap untuk memastikan implementasi yang efektif.
Peran Guru dan Kurikulum dalam Mencegah Kecurangan
Perubahan sistem pembelajaran dan penilaian tidak akan efektif tanpa dukungan dari guru dan kurikulum yang mendukung. Mendikdasmen menyadari peran penting guru dalam membimbing siswa untuk memahami materi pelajaran secara mendalam. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru sangat diperlukan.
Kurikulum juga perlu dirancang agar lebih relevan dan kontekstual, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran. Kurikulum yang terlalu padat dan menekankan pada hafalan perlu direvisi agar lebih menekankan pada pemahaman dan aplikasi. Kerjasama antara Mendikdasmen dan berbagai pihak, termasuk para pakar pendidikan, sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
Peran Orang Tua dan Masyarakat
Selain perubahan di sekolah, peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting dalam membentuk karakter jujur pada anak. Pendidikan karakter di rumah dan di lingkungan sekitar dapat melengkapi upaya pencegahan kecurangan di sekolah.
Orang tua diharapkan dapat menanamkan nilai kejujuran dan integritas sejak dini. Masyarakat juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung terciptanya budaya belajar yang jujur dan sportif. Kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam mencegah praktik menyontek di sekolah.
Evaluasi dan Monitoring Berkelanjutan
Implementasi program pencegahan menyontek ini memerlukan evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan. Mendikdasmen perlu memantau efektivitas metode *deep learning* dan sistem penilaian kualitatif. Umpan balik dari guru, siswa, dan orang tua sangat penting untuk memperbaiki program ini.
Data dan indikator yang tepat diperlukan untuk mengukur keberhasilan program. Data ini bisa berupa peningkatan pemahaman siswa, perubahan perilaku siswa, dan penurunan angka kecurangan. Dengan evaluasi dan monitoring yang tepat, program ini diharapkan dapat terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Langkah-langkah yang dilakukan Mendikdasmen ini diharapkan dapat menciptakan perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia. Perubahan ini tidak hanya akan mengurangi praktik menyontek, tetapi juga akan meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Upaya membangun integritas dan kejujuran sejak dini akan melahirkan generasi yang lebih berkualitas dan berakhlak mulia. Suksesnya program ini sangat bergantung pada kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.