Peramban Chrome, milik Google, kini berada di tengah pusaran kontroversi anti-monopoli. Potensi penjualan Chrome, browser terpopuler dunia, menarik perhatian sejumlah perusahaan teknologi besar. Langkah ini merupakan bagian dari sanksi yang mungkin dijatuhkan kepada Google atas tuduhan praktik monopoli.
Sejumlah perusahaan telah menyatakan minat untuk mengakuisisi Chrome jika Google memang diharuskan menjualnya. Persaingan untuk mendapatkan browser tersebut diperkirakan akan sangat ketat.
Perusahaan AI dan Raksasa Teknologi Berebut Chrome
OpenAI, pengembang ChatGPT, menjadi perusahaan pertama yang secara terbuka menyatakan ketertarikannya pada Chrome. Langkah ini mengejutkan industri teknologi dan menandai awal dari pertarungan perebutan browser raksasa tersebut.
Kini, giliran Perplexity, perusahaan AI pesaing ChatGPT, dan Yahoo yang ikut menyatakan minatnya untuk membeli Chrome. Kedua perusahaan tersebut secara resmi menyampaikan ketertarikan mereka dalam kesaksian di persidangan anti-monopoli Google.
Dmitry Shevelenko, Chief Business Officer Perplexity, dan Brian Provost, General Manager Yahoo Search, memberikan kesaksian mereka mengenai dominasi Google di pasar pencarian online, yang tak lepas dari peran besar Chrome.
Perplexity: Antara Ambisi dan Kekhawatiran
Shevelenko menyatakan kesiapan Perplexity untuk mengambil alih Chrome jika Google diwajibkan menjualnya. Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya.
Perplexity lebih memilih Chrome tetap berada di bawah kendali Google. Hal ini dikarenakan kekhawatiran akan perubahan pada model open source Chromium atau penurunan kualitas layanan jika Chrome berpindah tangan ke perusahaan lain, termasuk OpenAI.
Shevelenko menekankan pentingnya menjaga agar sanksi yang dijatuhkan tetap masuk akal. Google, menurutnya, telah membangun produk-produk yang bagus dan mendorong inovasi. Ia khawatir sanksi yang berlebihan justru akan melemahkan kemampuan Google untuk berinovasi.
Yahoo dan Ambisi Besarnya di Pasar Pencarian
Yahoo, melalui Provost, juga menyatakan kesiapannya untuk mengakuisisi Chrome. Yahoo melihat Chrome sebagai aset strategis yang sangat penting di dunia internet.
Provost memperkirakan nilai akuisisi Chrome bisa mencapai puluhan miliar dolar AS. Akuisisi ini menjadi bagian dari strategi Yahoo untuk membangun kembali bisnis pencariannya setelah diakuisisi oleh Apollo Global Management pada tahun 2021.
Dengan dukungan Apollo, Yahoo memiliki daya beli yang cukup untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam perebutan Chrome. Ambisi besar ini menunjukkan tekad Yahoo untuk kembali menjadi pemain utama di industri pencarian online.
Tantangan Perplexity di Ekosistem Android
Shevelenko juga menyoroti tantangan yang dihadapi Perplexity dalam bersaing dengan Google, khususnya di ekosistem Android. Ia menggambarkan proses mengganti Google Assistant dengan Perplexity di Android sebagai proses yang sangat rumit.
Meskipun berhasil menjadi default, Perplexity tetap tidak sekuat Google Assistant. Pengguna harus menekan tombol untuk mengaktifkannya, berbeda dengan Google Assistant yang dapat diaktifkan hanya dengan perintah suara.
Lebih lanjut, Shevelenko menyinggung tekanan besar dari Google terhadap produsen ponsel. Banyak produsen enggan bekerja sama dengan Perplexity karena takut kehilangan pembagian pendapatan dari Google.
Persidangan anti-monopoli terhadap Google terus berlanjut, dan nasib Chrome masih belum pasti. Namun, minat besar dari berbagai perusahaan teknologi menunjukkan betapa berharganya Chrome sebagai aset strategis di dunia digital. Hasil dari persidangan ini akan berdampak besar tidak hanya pada Google, tetapi juga pada seluruh lanskap industri teknologi.
Ke depannya, kita dapat menyaksikan perubahan signifikan dalam persaingan di pasar pencarian dan peramban, tergantung pada hasil akhir dari persidangan dan keputusan mengenai penjualan Chrome. Ini akan menjadi babak baru yang menarik dalam sejarah industri teknologi.