Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengeluarkan kebijakan kontroversial yang melarang kegiatan wisuda dan study tour di seluruh jenjang pendidikan di Jawa Barat. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) nomor 43/PK.03.04/KESRA. Langkah ini menuai beragam reaksi, dengan beberapa pihak menilai kebijakan ini memberatkan orang tua siswa, sementara yang lain melihatnya sebagai upaya untuk mendorong kreativitas siswa.
Alasan utama larangan tersebut adalah karena kegiatan wisuda dan study tour dianggap tidak memiliki esensi yang signifikan dan cenderung membebani keuangan orang tua. Dedi Mulyadi mendorong pendekatan yang lebih kreatif dan hemat biaya dalam merayakan pencapaian siswa.
Larangan Wisuda dan Study Tour di Jawa Barat: Sebuah Inovasi atau Beban Baru?
Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi ini telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat Jawa Barat. Banyak orang tua yang merasa kebijakan ini akan menambah beban keuangan mereka, terutama bagi mereka yang memiliki anak di beberapa jenjang pendidikan. Di sisi lain, beberapa pihak mendukung langkah ini sebagai upaya untuk mendorong sekolah dan siswa berpikir lebih kreatif dalam merayakan kelulusan.
Kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sekolah akan merayakan kelulusan siswa tanpa adanya upacara wisuda yang biasanya meriah. Apakah sekolah-sekolah di Jawa Barat siap untuk beradaptasi dengan perubahan ini dan menciptakan perpisahan yang bermakna tanpa memerlukan biaya yang besar?
Model Perpisahan Sekolah yang Direkomendasikan Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi sendiri telah memberikan gambaran tentang model perpisahan sekolah yang ideal menurutnya. Ia menginginkan perpisahan yang “murah, meriah, tapi megah”. Ini berarti perpisahan harus berkesan bagi siswa tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Ia bahkan terkesan dengan beberapa tayangan video perpisahan sekolah yang kreatif dan mengharukan.
Untuk mendorong kreativitas tersebut, Dedi Mulyadi menyelenggarakan lomba video perpisahan sekolah dengan total hadiah mencapai Rp 165 juta. Lomba ini diharapkan dapat menginspirasi siswa untuk membuat video perpisahan yang unik, sederhana, namun tetap berkesan dan mampu menyampaikan pesan emosional.
Lomba Video Perpisahan Sekolah: Mengasah Kreativitas Siswa Jawa Barat
Lomba video perpisahan sekolah yang digagas Dedi Mulyadi memiliki beberapa persyaratan teknis. Video harus diunggah di media sosial resmi sekolah (YouTube, Instagram, dan TikTok), berdurasi 60-120 detik, dan berformat landscape dengan rasio 16:9. Yang terpenting, konten video harus menggambarkan momen perpisahan yang sederhana, kreatif, dan menyentuh.
Tujuan utama lomba ini bukan hanya untuk memberikan hadiah, tetapi juga untuk mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk video. Ini diharapkan dapat menjadi alternatif perpisahan yang lebih bermakna dan hemat biaya dibandingkan dengan upacara wisuda konvensional.
Syarat Peserta Lomba:
- Unggah video di media sosial resmi sekolah (YouTube, Instagram, TikTok).
- Durasi video 60-120 detik.
- Format video landscape dengan rasio 16:9.
- Konten video menggambarkan perpisahan sederhana, kreatif, dan menyentuh.
Dengan adanya lomba ini, diharapkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan kreatif mereka dan menciptakan kenangan indah di masa perpisahan sekolah tanpa harus terbebani biaya yang tinggi. Ini sejalan dengan visi Dedi Mulyadi untuk mengembangkan potensi anak muda Jawa Barat.
Kebijakan ini, meski kontroversial, mendorong refleksi penting tentang bagaimana kita merayakan pencapaian pendidikan. Apakah kita tetap berpegang pada tradisi yang mungkin sudah usang, atau kita berani berinovasi dan mencari cara yang lebih bermakna dan terjangkau untuk merayakan momen berharga ini? Waktu akan menunjukkan dampak jangka panjang dari kebijakan ini terhadap sistem pendidikan di Jawa Barat.
Harapannya, kebijakan ini tidak hanya mengurangi beban finansial orang tua, tetapi juga memicu kreativitas dan inovasi dalam dunia pendidikan Jawa Barat. Keberhasilan kebijakan ini terletak pada kemampuan sekolah dan siswa untuk beradaptasi dan menciptakan perpisahan yang berkesan tanpa harus terpaku pada upacara wisuda yang konvensional. Ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk menciptakan tradisi baru yang lebih relevan dan bermakna.