Perjuangan panjang dan penuh liku akhirnya membuahkan hasil bagi Iskandar Nazari. Ia berhasil meraih puncak karier akademiknya dengan dikukuhkan sebagai guru besar bidang Psikologi Pendidikan di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi pada Rabu, 14 Mei 2025. Kisah inspiratifnya ini menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dan kerja keras mampu mengalahkan segala rintangan.
Pengukuhan tersebut diwarnai dengan orasi ilmiah berjudul “Restorasi ‘Ruhiologi’ dalam Pendidikan Holistik Abad 21”. Orasi ini mencerminkan dedikasi Iskandar dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan.
Dari Pengangguran Bergelar Doktor Hingga Profesor
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di bidang Psikologi Pendidikan di Universiti Kebangsaan Malaysia pada akhir 2008, Iskandar memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Jambi. Namun, ia harus menghadapi kenyataan pahit: menjadi pengangguran meskipun telah menyandang gelar doktor.
Tidak ada satu pun kampus yang menerima lamarannya sebagai dosen. Kekecewaan mendalam melanda Iskandar. Ia harus kembali ke rumah, bukan sebagai dosen yang diharapkan, tetapi sebagai pengangguran bergelar doktor. Masa-masa tersebut menjadi periode yang sangat sulit dan sunyi dalam hidupnya.
Suami Denny Defrianti ini mengingat masa-masa sulit tersebut dengan suara bergetar saat acara pengukuhan di Auditorium Chatib Quzwain, UIN STS Jambi. Ia menceritakan bagaimana rasa kecewa dan kesunyian menghampirinya.
Kesempatan Tak Terduga: Menjadi Satpam Demi Mimpi
Sebuah kesempatan tak terduga datang di awal tahun 2009. Rektor IAIN STS Jambi saat itu, Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd, menawarkan Iskandar posisi sebagai staf ahli rektor. Namun, kendala birokrasi menghalangi proses formal pengangkatannya.
Agar bisa menerima honorarium, Iskandar terpaksa menerima status sebagai tenaga honorer satpam kampus. Ia menjalankan tugasnya sebagai staf ahli rektor, namun secara resmi terdaftar sebagai satpam. Kondisi ini menjadi ironi bagi seorang doktor yang mendambakan posisi akademik.
Meskipun demikian, Iskandar tetap ikhlas menerima situasinya. Baginya, ilmu pengetahuan bukanlah tentang status, melainkan tentang keberkahan yang ia peroleh. Ia bersyukur atas kesempatan tersebut dan menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi.
Dari Satpam Menuju Guru Besar
Selama hampir satu tahun, Iskandar menjalankan tugasnya sebagai tenaga honorer satpam. Pengalaman tersebut menjadi pembelajaran berharga dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa kesuksesan tidak selalu datang dengan mudah dan terkadang membutuhkan pengorbanan yang tak terduga.
Puncak perjuangannya datang di akhir tahun 2009, ketika putra dari guru SD bernama Nazari Syarif ini berhasil lulus tes CPNS dosen. Ini menandai awal perjalanan kariernya di dunia pendidikan tinggi yang membanggakan.
Dari pengalaman sebagai tenaga honorer satpam hingga akhirnya dikukuhkan sebagai guru besar, perjalanan Iskandar Nazari menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisahnya membuktikan bahwa ketekunan, keikhlasan, dan kegigihan mampu mengantarkan seseorang menuju kesuksesan, sekalipun harus melewati jalan yang berliku dan penuh tantangan.
Pengalamannya sebagai satpam kampus bukan hanya sekadar masa sulit, melainkan bagian penting dari perjalanan hidupnya yang membentuk karakter dan keteguhannya dalam mengejar cita-cita. Kisah inspiratif Iskandar Nazari ini patut menjadi teladan bagi generasi muda yang bercita-cita meraih kesuksesan di bidang akademik.
Keberhasilan Iskandar menjadi guru besar juga menunjukkan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam mencapai tujuan. Ia tidak menyerah meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam perjalanannya. Semangatnya yang pantang menyerah ini patut diacungi jempol.