Berita

Misteri Sound Horeg: Sejarah, Asal-usul, dan Fenomena Viral

Tim Redaksi

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur (Kanwil Kemenkumham Jatim) akan memberikan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) kepada “sound horeg”. Fenomena ini dianggap sebagai karya anak bangsa yang patut diapresiasi.

Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim, Haris Sukamto, menyatakan bahwa pemberian HAKI ini merupakan bagian dari tugas melindungi karya anak bangsa. Nama “sound horeg” sendiri merupakan hasil pemikiran dan kreativitas masyarakat Jawa Timur.

Mengenal Sound Horeg: Arti dan Asal Usul

Istilah “horeg” dalam Bahasa Jawa, menurut Kamus Bahasa Jawa-Indonesia (KBJI) Kemendikbud, berarti bergerak atau bergetar. Sementara itu, berdasarkan jurnal “Jogja Horeg Proses Penciptaan Komposisi Berdasarkan Penerapan Improvisasi Tekstural Pada Gaya Musik Free Jazz”, “horeg” juga diartikan sebagai gempa atau berguncang dalam Bahasa Jawa Kuno.

Jurnal “Analisis Hukum Terhadap Penggunaan Sound System yang Melebihi Batas (Sound Horeg) (Studi Kasus Wilayah Hukum Kecamatan Karangploso)” karya Sinta Della Lesgasevia memberikan penjelasan lebih rinci. Sound horeg merupakan fenomena penggunaan alat penghasil suara dengan volume tinggi.

Awalnya, sound horeg digunakan untuk berbagai keperluan, seperti acara besar, pengumuman, kegiatan keagamaan, dan kampanye. Penggunaannya kemudian berevolusi menjadi sebuah tren yang lebih spesifik.

Perkembangan dan Tren Adu Sound Horeg

Meskipun belum ada catatan pasti kapan tradisi sound horeg dimulai, tren adu suara menggunakan sound system relatif baru. Berdasarkan jurnal “Perkembangan Sound System sebagai Budaya dan Kompetisi Sosial di Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Banyuwangi”, terdapat persaingan penggunaan sound system di berbagai wilayah Jawa.

Istilah “horeg” kemudian dikaitkan dengan kelompok yang menggunakan sound system dengan getaran kuat. Adu sound menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir di berbagai daerah di Jawa, seperti Banyuwangi, Sidoarjo, Malang, dan Surabaya.

Baca Juga:  Huawei Luxeed R7: Penantang Baru Tesla

Awalnya, adu sound sering dilakukan menjelang hari raya Idul Adha dan Idul Fitri. Seiring waktu, kegiatan ini berkembang dan menjadi bagian dari karnaval.

Pro dan Kontra Fenomena Sound Horeg

Penggunaan sound horeg yang awalnya bertujuan memudahkan komunikasi masyarakat, kini menimbulkan pro dan kontra. Penggunaan sound horeg yang sulit dikendalikan menyebabkan berbagai masalah.

Kebisingan yang ditimbulkan sering mengganggu ketertiban umum dan memicu konflik. Banyak warga merasa terganggu, bahkan sampai merasakan getaran di rumah mereka.

Ukuran sound horeg yang besar juga menimbulkan masalah dalam hal transportasi dan pemindahan. Hal ini seringkali menjadi kendala bagi pengguna maupun masyarakat sekitar.

Kesimpulannya, fenomena sound horeg di Jawa Timur merupakan sebuah contoh menarik dari bagaimana sebuah inovasi budaya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi yang menyeimbangkan antara apresiasi terhadap kreativitas lokal dengan menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama.

Pemberian HAKI oleh Kanwil Kemenkumham Jatim diharapkan dapat mendorong perkembangan sound horeg secara lebih terarah dan bertanggung jawab. Dengan demikian, potensi positifnya dapat dimaksimalkan sambil meminimalkan dampak negatifnya.

Baca Juga

Tinggalkan komentar