Berita

Misteri Tugu IKN: Lorem Ipsum, Sejarah & Maknanya Terungkap

Tim Redaksi

Kehebohan melanda media sosial setelah foto Tugu Titik Nol di Ibu Kota Nusantara (IKN) viral. Tugu tersebut menampilkan tulisan “Lorem Ipsum”, sebuah teks dummy yang lazim digunakan dalam desain grafis dan penerbitan. Kejadian ini memicu beragam reaksi dan pertanyaan dari warganet.

Banyak yang mempertanyakan bagaimana teks “Lorem Ipsum” bisa terpampang di monumen penting seperti Tugu Titik Nol Nusantara. Artikel ini akan mengulas asal-usul dan sejarah penggunaan teks “Lorem Ipsum” yang menjadi sorotan tersebut.

Apa Itu “Lorem Ipsum”?

“Lorem Ipsum” adalah teks tiruan yang digunakan sebagai pengisi atau placeholder dalam desain grafis dan penyusunan huruf. Teks ini terdiri dari rangkaian kata-kata Latin acak.

Tujuan utamanya adalah untuk menampilkan tata letak dan desain visual tanpa terganggu oleh isi konten yang sebenarnya. Ini merupakan standar industri percetakan dan penerbitan, bahkan hingga desain web.

Sejarah Penggunaan “Lorem Ipsum”

Asal-usul pasti “Lorem Ipsum” masih belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan penggunaannya dimulai sejak abad ke-15.

Para pencetak pada masa itu sering menggunakan karya klasik Latin sebagai teks tiruan untuk membuat buku spesimen jenis huruf. Bahasa Latin dipilih karena pada saat itu merupakan bahasa pergaulan di Eropa dan karya klasik sangat populer.

Popularitas “Lorem Ipsum” baru meningkat pesat pada tahun 1960-an. Hal ini berkat Letraset yang memproduksi lembaran transfer pracetak yang memuat teks tersebut.

Lembaran ini memudahkan desainer dan penata huruf untuk membuat prototipe dan mock-up desain dengan berbagai jenis huruf dan ukuran.

Pada era 1980-an, dengan munculnya komputer pribadi dan perangkat lunak penerbitan desktop seperti PageMaker dari Aldus Corporation, “Lorem Ipsum” terintegrasi sebagai fitur standar.

Baca Juga:  Gemini 2.5 Pro: AI Coding Canggih, Rilis Google I/O

Pengolah kata lainnya, termasuk Microsoft Word, kemudian mengadopsi fitur ini. Sejak saat itu, “Lorem Ipsum” menjadi ubiquitous sebagai teks pengisi dalam desain web dan berbagai platform.

Sebagian besar sistem manajemen konten web, seperti WordPress dan Joomla!, juga menyediakan plugin yang dapat menghasilkan “Lorem Ipsum” secara otomatis.

Dari Teks Acak Hingga Sumber Asli

Selama bertahun-tahun, “Lorem Ipsum” dianggap sebagai teks asal-asalan tanpa sumber yang jelas. Namun, Richard McClintock, seorang profesor Amerika dan ahli bahasa Latin, berhasil melacak sumbernya.

McClintock menemukan bahwa teks tersebut berasal dari bagian buku De finibus bonorum et malorum (“Tentang Akhir dari Kebaikan dan Kejahatan”), sebuah risalah etika karya Cicero, negarawan dan filsuf Romawi, yang ditulis sekitar tahun 45 SM.

Kalimat pertama yang digunakan dalam teks tiruan tersebut adalah: “Neque porro quisquam est, qui dolorem ipsum quia dolor sit amet, consectetur, adipisci velit, sed quia non numquam eius modi tempora incidunt ut labore et dolore magnam aliquam quaerat voluptatem.”

McClintock menemukan sumbernya dengan melacak kata “consectetur”. Namun, ia juga menemukan bahwa edisi Loeb memiliki jeda halaman yang diawali dengan “Lorem”. Bagian ini kemungkinan besar diacak untuk membentuk teks tiruan.

Penggunaan teks dummy dalam desain web sering disebut “greeking”, mirip dengan ungkapan “ini bahasa Yunani bagi saya” untuk menggambarkan sesuatu yang tidak dipahami. Oleh karena itu, “Lorem Ipsum” dan teks dummy lainnya juga dikenal sebagai “salinan Yunani”.

Kasus penggunaan “Lorem Ipsum” di Tugu Titik Nol IKN menjadi pengingat pentingnya detail dan kualitas kontrol dalam proyek publik. Kejadian ini memunculkan diskusi tentang standar kualitas dan pengawasan dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan nasional.

Baca Juga:  ReCAPTCHA vs CAPTCHA: Mana Lebih Aman?

Penggunaan “Lorem Ipsum” yang tidak disengaja tersebut, sekaligus menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya detail dan ketelitian dalam setiap tahapan proyek, khususnya proyek yang menyangkut citra dan simbol negara.

Baca Juga

Tinggalkan komentar