Kepergian Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dunia. Wafatnya pada Senin, 21 April 2025 di usia 88 tahun akibat penyakit bronkitis kronis yang dideritanya, menyisakan berbagai kenangan dan warisan pemikiran yang menginspirasi.
Salah satu sisi unik Paus Fransiskus yang jarang diketahui publik adalah kebiasaan beliau yang telah meninggalkan televisi sejak 15 Juli 1990. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan surat kabar Argentina, La Voz del Pueblo, yang dikutip oleh NBC News. Beliau menyatakan televisi “bukan untuknya” dan telah berjanji kepada Bunda Maria untuk tidak lagi menontonnya.
Keputusan ini tentu saja berdampak pada kehidupan sehari-hari beliau. Paus Fransiskus, penggemar klub sepak bola San Lorenzo, tidak dapat menyaksikan langsung pertandingan tim kesayangannya. Namun, beliau tetap mendapatkan informasi skor dan klasemen dari seorang anggota Garda Swiss.
Kenangan dan Cita-Cita Sederhana Paus Fransiskus
Dalam wawancara yang sama pada tahun 2015, Paus Fransiskus juga mengungkapkan kerinduannya akan hal-hal sederhana. Beliau mengaku rindu berjalan-jalan di lingkungan sekitar, mampir ke pizzeria untuk menikmati ‘una buena pizza’ (pizza yang enak). Pengalaman memesan pizza antar menurutnya berbeda dengan menikmati pizza langsung di kedai.
Saat ditanya bagaimana ingin dikenang, beliau menjawab dengan sederhana dalam bahasa Spanyol: “Este era un buen tipo que trató de hacer el bien” (Orang ini adalah orang baik yang berusaha melakukan kebaikan). Kesederhanaan dan kebaikan hati inilah yang menjadi ciri khas kepemimpinan Paus Fransiskus selama bertahun-tahun.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan kekosongan besar dalam dunia Katolik. Namun, pesan-pesan spiritual dan ajarannya akan tetap dikenang dan menjadi inspirasi bagi jutaan umat di seluruh dunia. Pesan terakhirnya di media sosial menjelang wafatnya, “Kristus telah bangkit!”, menjadi simbol warisan iman dan harapan yang ia tinggalkan.
Pandangan Paus Fransiskus terhadap Teknologi
Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin Gereja Katolik yang progresif dan peduli terhadap perkembangan teknologi modern. Beliau kerap menyuarakan pentingnya penggunaan teknologi secara beretika, menekankan perlunya keseimbangan antara teknologi dan hubungan antarmanusia.
Paus Fransiskus secara khusus mengkritik penggunaan ponsel yang berlebihan, terutama saat misa. Beliau pernah menyatakan kesedihannya melihat banyak orang, termasuk pendeta dan uskup, sibuk dengan ponsel saat misa berlangsung, “Sangat menyedihkan ketika saya merayakan misa…dan saya melihat banyak ponsel diangkat—tidak hanya oleh umat beriman, tetapi juga oleh para pendeta dan uskup.” Hal ini mencerminkan keprihatinannya akan hilangnya fokus dan makna spiritual dalam interaksi manusia.
Kekhawatiran terhadap AI
Paus Fransiskus juga menyoroti perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Beliau menekankan bahwa AI harus digunakan secara etis dan semata-mata untuk melayani kemanusiaan. Risiko yang melekat dalam perkembangan AI harus dimitigasi agar tidak merugikan manusia. “AI adalah dan harus tetap menjadi alat di tangan manusia,” tegasnya.
Beliau mendorong analisis mendalam mengenai peluang dan risiko pengembangan AI, dengan melibatkan akademisi dan pakar dari berbagai disiplin ilmu. Paus Fransiskus mempertanyakan tujuan pengembangan AI: apakah untuk meningkatkan martabat manusia dan kesejahteraan, atau justru untuk memperkaya segelintir perusahaan teknologi besar? Pertanyaan ini menjadi tantangan bagi para pengembang teknologi agar selalu berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan.
Paus Fransiskus telah meninggalkan warisan yang kaya, baik dalam hal spiritual maupun dalam pandangannya terhadap dunia modern, termasuk perkembangan teknologi. Pesan-pesannya tentang kesederhanaan, kebaikan, dan penggunaan teknologi yang beretika akan terus relevan dan menginspirasi generasi mendatang.