Kepergian Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik seluruh dunia. Umat berduka cita atas wafatnya pemimpin Gereja Katolik Roma ini di usia 88 tahun. Kepemimpinan Paus Fransiskus selama bertahun-tahun dikenang karena sikap rendah hati, humanis, dan komitmennya pada perdamaian global.
Pesan terakhir Paus Fransiskus, yang disampaikan dalam pidato Paskah pada Minggu, 20 April 2025, menekankan pentingnya perdamaian di Gaza. “Saya menyatakan kedekatan saya dengan penderitaan… seluruh rakyat Israel dan rakyat Palestina,” ucapnya. Seruannya untuk gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan bantuan bagi penduduk yang kelaparan di Gaza menjadi sorotan utama.
“Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai: menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan datang untuk membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai,” tegas Paus Fransiskus. Pernyataan ini bukan sekadar seruan belaka, melainkan refleksi dari konsistensi Paus Fransiskus dalam memperjuangkan perdamaian di Timur Tengah.
Warisan Perdamaian Paus Fransiskus
Sepanjang kepemimpinannya, Paus Fransiskus secara konsisten menyuarakan keprihatinan terhadap konflik di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Ia kerap mengecam kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah tersebut. Salah satu contohnya adalah kecaman keras terhadap kematian anak-anak Palestina akibat serangan militer Israel.
Setelah kunjungannya ke Asia-Pasifik, Paus Fransiskus mengkritik keras pengeboman sekolah di Gaza yang didasarkan pada “dugaan” keterlibatan militan Hamas. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai “buruk,” menunjukkan keprihatinannya terhadap dampak konflik terhadap warga sipil, terutama anak-anak.
Reaksi Publik dan Kenangan Terhadap Paus Fransiskus
Wafatnya Paus Fransiskus memicu gelombang duka dan penghormatan di media sosial. Banyak warganet yang mengenang seruan damai Paus Fransiskus, khususnya terkait konflik Gaza. Mereka memuji keteguhan dan konsistensinya dalam memperjuangkan perdamaian dan keadilan.
“Seruan terakhir Paus Fransiskus. Di tengah sakit yang diderita, beliau memilih tetap merayakan Paskah bersama umat. Dan seruan tentang budaya damai, penghentian perang, dan keadilan bagi Gaza akan terus dikenang,” tulis @prastow. Ungkapan ini merepresentasikan perasaan banyak orang yang terinspirasi oleh komitmen Paus Fransiskus.
“Paus Fransiskus tidak berhenti di ajakan dan seruan, tapi melalui aksi nyata menunjukkan perjuangan melawan ketidakadilan dan syak wasangka. Ini adalah legacy Paus yang layak dan patut kita rawat,” kata @anismatta. Pendapat ini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak untuk mewujudkan perdamaian.
Komentar-komentar lainnya juga mengungkapkan kesedihan mendalam atas kepergian Paus Fransiskus, mengingat beliau sebagai tokoh kemanusiaan yang berdedikasi pada perdamaian dan keadilan, dengan wasiat terakhir yang meminta gencatan senjata di Gaza. Banyak yang menyebutnya sebagai pemimpin yang sederhana, rendah hati, dan dekat dengan rakyat.
Paus Fransiskus, seorang anak imigran yang sederhana, telah meninggalkan warisan yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Komitmennya pada perdamaian, keadilan, dan dialog antarumat beragama akan selalu dikenang. Ia menjadi contoh pemimpin agama yang gigih memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kepergiannya meninggalkan kekosongan besar, namun pesan-pesan perdamaiannya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk terus memperjuangkan keadilan dan perdamaian di dunia.