Hari Raya Waisak 2569 BE, yang jatuh pada 12 Mei 2025, menjadi momen sakral bagi umat Buddha di seluruh dunia. Peringatan ini didedikasikan untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yang melambangkan perjalanan spiritual menuju pencerahan dan pembebasan dari penderitaan.
Perayaan Waisak, juga dikenal sebagai Trisuci Waisak, merupakan hari besar yang penuh makna dan dirayakan dengan berbagai kegiatan keagamaan. Umat Buddha umumnya melakukan ibadah dan refleksi diri untuk memperdalam pemahaman ajaran Buddha.
Tiga Peristiwa Suci dalam Hari Raya Waisak
Hari Raya Waisak diperingati untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Siddhartha Gautama, yaitu kelahirannya, pencapaian pencerahan sempurna (Bodhi), dan wafatnya. Ketiga peristiwa ini semuanya terjadi pada bulan purnama bulan kelima penanggalan lunar, menjadikannya momen yang sangat signifikan.
Selama perayaan Waisak, umat Buddha biasanya menjalankan delapan sila di vihara sebagai bentuk persembahan dan penyucian diri. Tradisi ini memperkuat ikatan spiritual dan memperteguh komitmen pada ajaran Sang Buddha.
1. Kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama
Kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama, yang kelak menjadi Sang Buddha, terjadi sekitar tahun 563 SM di Taman Lumbini, Nepal. Kelahirannya dikisahkan sebagai peristiwa ajaib, ditandai dengan munculnya berbagai pertanda alam yang menakjubkan.
Dikisahkan, saat Ratu Maha Maya, ibunda Siddhartha, berdiri di bawah pohon sala, dua arus air, satu dingin dan satu hangat, jatuh dari langit membasuh tubuh sang pangeran yang baru lahir. Kejadian ini melambangkan kemurnian dan kesucian Sang Buddha sejak kelahirannya.
2. Pencapaian Penerangan Sempurna (Bodhi)
Setelah meninggalkan kehidupan istana yang penuh kemewahan, Pangeran Siddhartha menjalani kehidupan tapabrata yang keras untuk mencari jalan pembebasan dari penderitaan. Ia melakukan berbagai praktik spiritual yang berat, namun belum menemukan jawaban yang dicarinya.
Setelah enam tahun bertapa, Siddhartha akhirnya mencapai pencerahan sempurna di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, sekitar tahun 588 SM. Momen ini menandai dimulainya penyebaran ajaran Buddha kepada dunia.
Setelah mencapai pencerahan, Siddhartha Gautama kemudian dikenal sebagai Sang Buddha, yang artinya “Yang Tercerahkan”. Ia kemudian berkelana dan mengajarkan Dhamma (ajaran Buddha) untuk menyebarkan kebijaksanaan dan kesejahteraan.
3. Parinibbana (Wafatnya Sang Buddha)
Sang Buddha wafat pada usia 80 tahun di Kusinara, India, sekitar tahun 543 SM. Wafatnya Sang Buddha bukan merupakan kematian biasa, melainkan disebut Parinibbana, yang artinya pembebasan total dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).
Sebelum wafatnya, Sang Buddha memberikan ajaran terakhirnya kepada para muridnya. Parinibbana Sang Buddha menandai berakhirnya perjalanan fisik-Nya, namun ajarannya terus hidup dan menginspirasi hingga saat ini.
Makna Hari Waisak Bagi Umat Buddha dan Perayaan Lainnya
Hari Waisak bagi umat Buddha merupakan waktu untuk merenungkan kembali kehidupan Sang Buddha dan esensi ajaran-Nya. Ini adalah waktu untuk mempraktikkan nilai-nilai kasih sayang, kebijaksanaan, dan komitmen pada jalan menuju pencerahan.
Hari Waisak memiliki berbagai sebutan di berbagai negara. Di India dikenal sebagai Visakah Puja, di Malaysia dan Singapura sebagai Vesak, dan di Thailand sebagai Visakha Bucha. Nama yang berbeda, namun makna dan tujuan perayaannya tetap sama.
Selain Waisak, terdapat beberapa hari raya penting lainnya dalam kalender umat Buddha. Hari Raya Kahitna, misalnya, merupakan upacara persembahan jubah dari umat Buddha kepada Sangha setelah menjalani Vassa (masa tiga bulan pertapaan). Kemudian ada Hari Raya Asadha, yang diperingati dua bulan setelah Waisak.
Ada juga Hari Raya Asalha Puja, yang memperingati penyampaian khotbah pertama Sang Buddha setelah mencapai pencerahan. Momen ini menandai awal penyebaran ajaran Buddha. Perayaan-perayaan ini memperkaya kehidupan spiritual umat Buddha sepanjang tahun.
Hari Raya Waisak 2569 BE lebih dari sekadar peringatan hari kelahiran, pencerahan, dan wafat Sang Buddha. Ini adalah momen refleksi diri, penguatan komitmen spiritual, dan penghayatan nilai-nilai luhur ajaran Buddha untuk mencapai kedamaian batin dan kesejahteraan bagi diri sendiri dan sesama. Semoga perayaan Waisak ini membawa kedamaian dan kebijaksanaan bagi semua.