Berita

Saksi Hujan Meteor Lyrid Spektakuler Malam Ini: Jangan Lewatkan!

Tim Redaksi

Langit malam ini, Selasa (22 April), akan dihiasi oleh puncak hujan meteor Lyrid. Fenomena astronomi yang dinantikan ini merupakan salah satu hujan meteor tertua yang pernah tercatat dalam sejarah.

Hujan meteor Lyrid, yang aktif sejak 16 hingga 25 April, akan mencapai puncaknya pada 21-22 April. Selama periode puncak, kita dapat menyaksikan sekitar 10 hingga 15 meteor per jam melintas di langit.

Puncak Hujan Meteor Lyrid: Jadwal dan Intensitas

Puncak hujan meteor Lyrid diperkirakan terjadi pada pukul 22.08 WIB. Observatorium Bosscha menyebutkan intensitas tertinggi diperkirakan mencapai 18 meteor per jam.

Meskipun angka ini lebih rendah dari ‘hujan meteor’ dengan lebih dari 100 meteor per jam yang terjadi setiap 60 tahun sekali (ledakan berikutnya diprediksi tahun 2042), tetap layak dinantikan. Kita masih bisa menyaksikan bola api, meteor yang ekstra terang, menghiasi langit malam.

Visibilitas Hujan Meteor Lyrid di Indonesia

Pengamatan hujan meteor Lyrid di Indonesia dimungkinkan. Observatorium Bosscha menginformasikan bahwa hujan meteor dapat diamati ketika konstelasi Hercules berada di atas cakrawala.

Waktu pengamatan terbaik adalah antara pukul 22.08 WIB hingga 05.26 WIB keesokan harinya. Keberuntungan kita kali ini ditambah dengan fase bulan baru, sehingga cahaya bulan tidak akan mengganggu pengamatan.

Tips Mengamati Hujan Meteor Lyrid

Carilah lokasi pengamatan yang minim polusi cahaya. Semakin gelap langit, semakin banyak meteor yang dapat Anda lihat.

Bersabarlah. Mata Anda butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk beradaptasi dengan kegelapan dan melihat meteor dengan lebih jelas.

Baca Juga:  Warna Baru Ditemukan: Hanya 5 Orang Melihatnya, Seperti Apa?

Bawa alas duduk atau tikar untuk kenyamanan. Anda akan menghabiskan waktu cukup lama untuk menikmati pertunjukan langit ini.

Asal-usul dan Sejarah Hujan Meteor Lyrid

Hujan meteor Lyrid berasal dari puing-puing komet C/1861 G1 Thatcher. Komet ini memiliki orbit 415 tahun dan saat ini masih jauh dari Bumi.

Namun, jejak puing-puingnya tetap dapat kita saksikan setiap tahun. Interaksi gravitasi dengan planet-planet, khususnya Jupiter dan Saturnus, menyebabkan gumpalan puing yang lebih padat setiap 60 tahun, menghasilkan ‘ledakan’ meteor yang lebih spektakuler.

Lyrid pertama kali tercatat pada 687 SM, menjadikannya salah satu hujan meteor tertua yang terdokumentasi. Penemuannya menunjukkan betapa manusia sejak lama telah memperhatikan dan mencatat fenomena alam di langit.

Awalnya, manusia hanya melihat ‘sesuatu jatuh dari langit’ tanpa memahami fenomena tersebut. Baru di abad ke-19, pemahaman ilmiah memungkinkan kita untuk mengetahui asal-usul meteor dan hujan meteor seperti Lyrid.

Kesimpulannya, hujan meteor Lyrid 2024 menawarkan kesempatan bagus untuk menikmati keindahan langit malam. Walau tidak mencapai puncak intensitasnya, fenomena ini tetap menarik untuk diamati, terlebih dengan kondisi langit yang mendukung. Luangkan waktu untuk menikmati pemandangan alam semesta ini dan menambah pengetahuan tentang fenomena astronomi yang menakjubkan.

Baca Juga

Tinggalkan komentar