Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China menghadirkan dampak yang berbeda bagi perusahaan teknologi. Samsung, berbeda dengan kompetitornya Apple, tampaknya meraih keuntungan di tengah situasi ini.
Perbedaan utama terletak pada lokasi perakitan produk. iPhone, andalan Apple, sebagian besar dirakit di China. Sebaliknya, Samsung memproduksi smartphone-nya di berbagai negara, termasuk Vietnam, India, dan Korea Selatan.
Keunggulan Strategis Samsung: Diversifikasi Produksi
Ketergantungan Apple pada China untuk produksi iPhone menjadikannya rentan terhadap dampak perang tarif. Sebanyak 90 persen produksi iPhone masih berpusat di China, menurut estimasi Wedbush Securities pada April lalu.
Meskipun Apple telah berupaya mengalihkan sebagian produksi ke India, persentase tersebut masih sangat signifikan. Hal ini berdampak besar pada potensi kenaikan harga iPhone akibat tarif impor yang tinggi dari China.
Berbeda dengan Apple, Samsung memiliki strategi diversifikasi produksi yang lebih baik. Hal ini menjadikannya lebih tahan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perang dagang AS-China.
Dampak Tarif terhadap Industri Teknologi
Meskipun beberapa perangkat dan komponen teknologi mendapat pengecualian tarif, ancaman tarif tambahan tetap ada, terutama untuk semikonduktor. Ini berarti tidak ada perusahaan yang sepenuhnya kebal terhadap dampak perang dagang.
Namun, keunggulan Samsung terletak pada minimnya ketergantungan pada China sebagai basis produksi utama smartphone. Ini mengurangi potensi gangguan operasional yang signifikan jika tarif smartphone dari China meningkat tajam.
Gerrit Schneemann, analis senior di Counterpoint Research, menekankan bahwa Samsung tidak menghadapi angka yang ‘gila’ seperti yang dihadapi Apple saat ini. Meskipun demikian, Schneemann juga mengingatkan bahwa hal ini belum tentu langsung berdampak pada peningkatan penjualan Samsung secara drastis.
Ketergantungan pada Jaringan Pemasok di China
Industri teknologi global sangat bergantung pada jaringan pemasok dan fasilitas perakitan yang tersebar luas di China. Produksi massal perangkat konsumen seperti smartphone, laptop, dan monitor sangat bergantung pada hal ini.
Beberapa perangkat memang dibebaskan dari tarif timbal balik, tetapi banyak gadget lainnya tidak, termasuk konsol game dan earphone. Hal ini semakin memperumit situasi bagi perusahaan teknologi.
Analisis dan Prediksi Masa Depan
Ketegangan perdagangan AS-China terus meningkat. Beijing mengancam akan melakukan tindakan balasan terhadap negara yang membatasi perdagangan dengan China untuk menenangkan AS. Pemerintah Trump juga mengeluarkan jeda 90 hari untuk tarif timbal balik, kecuali untuk China.
Analis dari Wedbush Securities mendesak agar negosiasi dengan China dilakukan segera demi kepentingan pasar global, dunia teknologi, dan ekonomi AS. Mereka memperingatkan bahwa tarif dan perang dagang dapat menimbulkan kerusakan besar pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi.
Apple, karena ketergantungannya pada China, menjadi fokus utama masalah tarif. Analis UBS memperkirakan harga iPhone 16 Pro Max bisa melonjak hingga US$800, sebelum pengecualian tarif untuk smartphone diumumkan.
Samsung, di sisi lain, menutup pabrik ponsel terakhirnya di China pada 2019. Sumber internal Samsung menyebutkan bahwa sebagian besar produksi smartphone-nya sekarang dilakukan di Korea Selatan, Vietnam, India, dan Brasil.
Keunggulan Samsung juga terletak pada integrasi vertikal perusahaannya. Sebagai produsen komponen seperti layar, memori, dan chip, Samsung memiliki kendali lebih besar atas rantai pasokan, mengurangi kerentanan terhadap disrupsi eksternal.
Ben Barringer, analis teknologi global dari Quilter Cheviot, menyatakan bahwa integrasi vertikal ini memberikan Samsung sedikit keuntungan dibandingkan kompetitornya.
Kesimpulannya, meskipun tidak ada jaminan keuntungan langsung, strategi diversifikasi produksi dan integrasi vertikal Samsung memberikan ketahanan yang lebih besar terhadap dampak negatif perang tarif AS-China dibandingkan Apple. Perang dagang ini menggarisbawahi pentingnya strategi rantai pasokan yang tangguh dan diversifikasi bagi perusahaan teknologi global.