Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 telah mengumumkan temuan berbagai upaya kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tertulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025. Kecurangan tersebut melibatkan berbagai pihak, mulai dari peserta ujian hingga oknum di dalam panitia dan lembaga bimbingan belajar. Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB 2025, Eduart Wolok, menyatakan bahwa kecurangan terdeteksi di 13 pusat UTBK SNBT 2025. Seluruh kasus dugaan kecurangan telah diserahkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Modus-modus kecurangan yang ditemukan beragam dan menunjukkan tingkat kecanggihan yang berbeda. Pihak SNPMB telah merinci beberapa modus utama yang dilakukan para pelaku. Penanganan kasus ini diharapkan memberikan efek jera dan meningkatkan integritas seleksi mahasiswa baru di masa mendatang.
Modus Pengambilan Soal UTBK
Para peserta ujian terbukti menggunakan berbagai cara untuk mengambil gambar soal ujian. Beberapa metode yang digunakan termasuk memotret layar komputer menggunakan perangkat tersembunyi. Metode lain yang terdeteksi adalah perekaman layar menggunakan aplikasi khusus yang diinstal di komputer peserta. Terdapat juga upaya akses jarak jauh (remote desktop) ke komputer peserta melalui aplikasi dan proxy untuk menghindari deteksi jaringan.
Keberhasilan deteksi kecurangan ini, menurut Eduart Wolok, disebabkan oleh pengawasan yang ketat. Meskipun beberapa alat yang digunakan pelaku mampu menghindari deteksi metal detector, pengawasan yang teliti memungkinkan panitia menemukan berbagai alat elektronik tersembunyi seperti ponsel yang digunakan untuk mencontek.
Modus Penggunaan Joki dan Pemalsuan Dokumen
Penggunaan joki menjadi modus kecurangan lain yang cukup signifikan. Terdapat dua modus utama dalam penggunaan joki. Pertama, penggantian foto peserta dengan foto joki saat pembuatan akun SNPMB. Kedua, pemalsuan dokumen penting seperti KTP, salinan ijazah, dan surat keterangan kelas 12.
Kasus penggunaan joki paling banyak ditemukan pada peserta yang memilih program studi kedokteran. Hal ini menandakan adanya persaingan yang sangat ketat dalam memperebutkan kursi di program studi tersebut. Pihak berwajib saat ini tengah menyelidiki lebih lanjut jaringan yang terlibat dalam praktik ini.
Modus Pemberian Jawaban dan Keterlibatan Oknum
Modus kecurangan yang melibatkan pemberian jawaban langsung kepada peserta ujian di ruang ujian juga ditemukan. Modus ini bahkan melibatkan oknum dari pihak kampus penyelenggara UTBK. Identitas oknum yang terlibat telah dikantongi oleh pihak SNPMB dan diserahkan kepada pihak berwajib untuk proses hukum selanjutnya.
Keterlibatan oknum dari dalam kampus sangat memprihatinkan. Hal ini menunjukkan bahwa integritas sistem seleksi masih rentan terhadap manipulasi dari pihak internal. Perlu ada evaluasi menyeluruh dan penguatan sistem pengawasan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Modus Peretasan dan Pengendalian Komputer
Kecurangan juga dilakukan dengan cara mengendalikan komputer peserta dari jarak jauh. Pelaku melakukan remote akses ke komputer peserta untuk menjawab ujian. Selain itu, ditemukan juga upaya pengalihan akses perangkat jaringan untuk melakukan pengaturan tertentu pada perangkat tersebut demi memuluskan aksi kecurangan.
Kejadian ini menunjukkan betapa canggihnya teknologi yang digunakan para pelaku untuk melakukan kecurangan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya meningkatkan sistem keamanan teknologi informasi dalam pelaksanaan UTBK agar lebih tahan terhadap berbagai upaya kecurangan yang semakin canggih.
Kesimpulannya, maraknya kecurangan dalam UTBK SNBT 2025 menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru. Penguatan pengawasan, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia, sangat krusial. Selain itu, penindakan hukum yang tegas terhadap para pelaku diharapkan dapat memberikan efek jera dan menjaga integritas seleksi penerimaan mahasiswa baru di masa mendatang. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses seleksi perlu terus ditingkatkan untuk membangun kepercayaan publik. Semoga ke depannya, seleksi mahasiswa baru dapat berjalan lebih adil dan bersih, sehingga menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.