Tyrannosaurus rex, si raja dinosaurus yang ikonik, selama ini dianggap sebagai penguasa asli Amerika Utara. Namun, sebuah penelitian terbaru menantang anggapan tersebut. Studi yang dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science pada 7 Mei 2025, mengungkapkan kemungkinan mengejutkan: T. rex sebenarnya adalah pendatang dari Asia.
Hewan raksasa ini hidup sekitar 67 hingga 66 juta tahun lalu di periode Kapur Akhir. Dengan tinggi mencapai 3,8 meter di bagian pinggul dan panjang tubuh hingga 12 meter, T. rex merupakan salah satu predator darat terbesar yang pernah ada. Fosil-fosilnya banyak ditemukan di Amerika Serikat (Montana dan South Dakota) serta Kanada (Alberta), wilayah yang dulunya merupakan pulau benua bernama Laramidia.
Asal Usul T. Rex: Migrasi dari Asia
Pertanyaan tentang asal-usul T. rex telah lama menjadi perdebatan di kalangan paleontologi. Sejumlah studi sebelumnya telah mengisyaratkan migrasi dari Asia. Penelitian terbaru ini memperkuat hipotesis tersebut dengan analisis yang lebih komprehensif.
Cassius Morrison dari University College London, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa model penelitian menunjukkan nenek moyang T. rex kemungkinan besar berasal dari Asia. Mereka bermigrasi ke Amerika Utara melalui Selat Bering, yang pada saat itu merupakan daratan yang menghubungkan Siberia dan Alaska.
Analisis lokasi dan usia penemuan berbagai spesies tyrannosaurid, dikombinasikan dengan penyusunan pohon evolusi dan pertimbangan kondisi iklim purba, mendukung teori migrasi ini. Para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang T. rex kemungkinan bermigrasi sekitar 72 juta tahun lalu, pada masa peralihan dari zaman Campanian ke Maastrichtian.
Temuan ini sejalan dengan kesamaan anatomi T. rex dengan dinosaurus Asia seperti Tarbosaurus, yang lebih dekat dibandingkan dengan kerabat Amerika seperti Daspletosaurus. Ahli paleontologi Steve Brusatte dari University of Edinburgh bahkan menyebut studi ini sebagai “karya ilmiah yang sangat baik”.
Evolusi di Amerika Utara dan Pertumbuhan Raksasa
Meskipun berasal dari Asia, spesies T. rex yang kita kenal berevolusi dan mencapai ukuran raksasanya di Amerika Utara. Tetapi, apa yang menyebabkan tyrannosaurid seperti T. rex dan megaraptor (yang juga mencapai panjang 10 meter) tumbuh begitu besar?
Studi ini mengaitkan pertumbuhan ukuran tubuh tyrannosaurid dengan perubahan iklim. Sekitar 92 juta tahun lalu, bumi mengalami periode panas ekstrem yang disebut Cretaceous Thermal Maximum (CTM). Suhu permukaan laut di daerah tropis bahkan mencapai 35°C.
Setelah periode CTM, suhu dan kadar gas rumah kaca menurun drastis. Banyak dinosaurus besar punah, meninggalkan ruang ekologi yang kemudian diisi oleh tyrannosaurid dan megaraptor yang mampu beradaptasi dan berkembang biak. Mereka mengisi ceruk ekologis yang ditinggalkan predator raksasa lain, seperti carcharodontosaurid, yang punah sekitar 90 juta tahun lalu.
Peran Iklim dalam Evolusi Raja Dinosaurus
Kesimpulannya, evolusi T. rex menjadi predator raksasa bukan hanya soal keberuntungan genetik. Perubahan iklim memainkan peran penting dalam keberhasilannya. Iklim yang lebih sejuk setelah CTM mendorong pertumbuhan ukuran tubuh mereka.
Brusatte menekankan bahwa tyrannosaur dapat mencapai ukuran besar secara independen beberapa kali, dan ini terjadi ketika iklim yang lebih dingin mendukung pertumbuhan ukuran tubuh. “Raja dinosaurus tidak ditakdirkan sejak awal untuk menjadi penguasa, tetapi dibentuk oleh perubahan iklim,” ujarnya.
Studi ini memperluas pemahaman kita tentang evolusi T. rex, menunjukkan betapa signifikannya faktor eksternal, seperti iklim, dalam membentuk kehidupan di Bumi. Mungkin suatu hari nanti, fosil leluhur langsung T. rex akan ditemukan di Asia, memperkaya lagi teka-teki evolusi dinosaurus yang menakjubkan ini.
Kisah T. rex bukan hanya kisah tentang predator puncak, tetapi juga tentang migrasi, adaptasi, dan dampak perubahan iklim yang mengukir sejarah kehidupan di planet kita. Riset ini membuka jalan untuk eksplorasi lebih lanjut mengenai evolusi dinosaurus dan interaksi kompleks mereka dengan lingkungan purba.