Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025 menjadi salah satu jalur utama bagi siswa untuk menggapai cita-cita kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Ribuan calon mahasiswa mengikuti ujian ini dengan harapan besar dapat diterima di PTN pilihannya.
Salah satu peserta UTBK SNBT 2025 adalah Syaibah Rasyiida Sholica. Ia mengikuti ujian di Laboratorium Komputer Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kampus 2 Lidah Wetan, pada Senin, 28 April 2025.
Rasyiida: Menghadapi UTBK dengan Tantangan Kesehatan
Rasyiida, dengan penuh semangat mengikuti tes sesi pagi. Kehadirannya menginspirasi, mengingat ia memiliki kondisi kesehatan yang cukup menantang.
Ia menderita aritmia, gangguan irama jantung yang membuatnya harus menggunakan alat pacu jantung atau pacemaker.
Kondisi ini didiagnosis sejak masa kanak-kanak, bahkan disebut sebagai penyakit jantung bawaan (PJB).
Ayah Rasyiida, seorang pekerja keras, meninggal dunia karena penyakit jantung. Ia dan saudara-saudaranya dibesarkan oleh sang ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Meskipun menghadapi kendala kesehatan, semangatnya untuk meraih pendidikan tinggi tetap membara.
Pilihan Prodi dan Harapan Masa Depan
Rasyiida, alumni SMK YPM 3 Taman, memiliki beberapa pilihan prodi impian.
Ia mendaftar melalui jalur UTBK 2025 untuk Prodi D4 Keuangan dan Perbankan Universitas Airlangga (Unair), serta S-1 Ekonomi Islam dan S-1 PGSD Unesa.
Ia berharap hasil UTBK-nya maksimal sehingga dapat diterima di salah satu prodi pilihannya.
Jika gagal, Rasyiida telah mempersiapkan rencana cadangan, yaitu mengambil cuti satu tahun untuk mempersiapkan diri mengikuti UTBK tahun berikutnya.
Dukungan Tim Medis dan Kisah Peserta Lain
Tim medis dan tim skrining di lokasi UTBK Unesa telah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap Rasyiida.
Mereka memastikan alat pacu jantung yang digunakannya tidak termasuk alat penyadap atau perekam.
Selain Rasyiida, banyak peserta lain yang menunjukkan antusiasme tinggi, termasuk Muhammad Rofiq Prasetyo dari Jawa Tengah.
Rofiq berharap dapat diterima di Unesa untuk membanggakan orang tuanya.
Ia telah mempersiapkan diri dengan rajin belajar, berlatih mengerjakan soal, dan mengikuti simulasi ujian.
Peserta lain, Muhammad Fauzan Atallah, memilih ITB dan UI sebagai PTN impian, namun mengikuti tes di Unesa karena orang tuanya menetap di Surabaya.
Ia mengaku persiapannya fokus pada pemahaman materi dan jenis soal ujian.
Fauzan menyatakan ujian di Unesa berlangsung lancar dan nyaman.
Kisah Rasyiida, Rofiq, dan Fauzan menunjukkan semangat juang para calon mahasiswa dalam mengejar pendidikan tinggi.
Mereka menunjukkan bahwa dengan persiapan yang matang dan semangat yang tinggi, cita-cita dapat diwujudkan.
Keberhasilan mereka juga menunjukkan pentingnya dukungan dari keluarga, tim medis, dan lingkungan sekitar.
Semoga kisah mereka dapat menginspirasi calon mahasiswa lainnya untuk tetap bersemangat mengejar mimpi dan mencapai kesuksesan dalam dunia pendidikan.