Lima orang melaporkan telah melihat warna baru yang disebut “olo”. Penemuan ini dihasilkan dari sebuah eksperimen ilmiah yang melibatkan penembakan pulsa laser ke mata mereka. Warna baru ini digambarkan sebagai rona biru-hijau dengan saturasi yang belum pernah ada sebelumnya. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal *Science Advances*.
Eksperimen ini menunjukkan potensi untuk memahami lebih dalam tentang persepsi warna manusia dan bahkan mungkin berimplikasi pada pengobatan buta warna. Para ilmuwan berharap temuan ini dapat membuka jalan bagi pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana otak memproses informasi visual. Penelitian ini membuka cakrawala baru dalam ilmu penglihatan manusia.
Warna Baru “Olo”: Hasil Eksperimen Laser
Para ilmuwan menggunakan sebuah perangkat bernama Oz yang dilengkapi dengan laser presisi tinggi. Perangkat ini memungkinkan stimulasi yang sangat tertarget pada sel kerucut di retina mata.
Dengan perangkat Oz, peneliti berhasil menstimulasi hanya sel kerucut M, yang bertanggung jawab untuk mendeteksi panjang gelombang cahaya menengah (hijau). Stimulasi yang terisolasi ini menghasilkan persepsi warna “olo” yang unik.
Empat laki-laki dan satu perempuan berpartisipasi dalam penelitian ini. Tiga di antaranya adalah anggota tim peneliti, sementara dua lainnya adalah ilmuwan dari Universitas Washington yang tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari eksperimen.
Proses Pengamatan dan Uji Coba Warna “Olo”
Sebelum memulai eksperimen, para peneliti memetakan retina setiap peserta untuk menentukan posisi sel kerucut. Langkah ini memastikan stimulasi yang tepat sasaran.
Setelah stimulasi laser, peserta diminta menjelaskan apa yang mereka lihat. Semua peserta melaporkan melihat warna yang sama sekali baru, yang kemudian diberi nama “olo”.
Untuk memastikan temuan tersebut, uji pencocokan warna dilakukan. Peserta melihat “olo” bersama rona yang dapat disesuaikan, lalu diminta untuk mencocokkan warnanya sedekat mungkin.
Mereka kemudian diminta untuk memanipulasi saturasi “olo” dengan menambahkan atau mengurangi cahaya putih hingga menyerupai warna teal. Semua peserta mengurangi saturasi “olo” dengan menambahkan cahaya putih.
Perdebatan tentang Definisi “Warna Baru”
Meskipun menarik, tidak semua ilmuwan sepakat bahwa “olo” merupakan warna yang benar-benar baru. Beberapa ahli berpendapat bahwa “olo” hanyalah variasi hijau yang lebih jenuh.
Manuel Spitschan dari Max Planck Institute for Biological Cybernetics memuji inovasi teknologi yang digunakan dalam penelitian ini. Namun, ia tetap menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami implikasi dari temuan ini.
Andres Stockman dari University College London melihat potensi aplikasi temuan ini, khususnya untuk membantu mereka yang mengalami buta warna merah-hijau. Namun, ia tetap menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut.
John Burbur dari Universitas London berpendapat bahwa temuan ini memiliki nilai yang terbatas. Menurutnya, “olo” bukanlah warna baru, melainkan hijau yang lebih jenuh yang hanya bisa dihasilkan pada subjek dengan mekanisme kromatik merah-hijau normal. Hal tersebut hanya dapat terjadi jika satu-satunya input berasal dari kerucut M.
Kesimpulannya, penelitian ini menyajikan temuan yang menarik tentang persepsi warna manusia. Meskipun perdebatan tentang status “olo” sebagai warna baru masih berlangsung, penelitian ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pemahaman kita tentang bagaimana otak memproses informasi visual dan potensi aplikasi dalam bidang pengobatan buta warna. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan dan memahami implikasinya secara lebih luas.