Berita

Waspada Kemarau! Wilayah Mana yang Terdampak Kekeringan?

Tim Redaksi

waspada kemarau

Indonesia memasuki musim kemarau 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis prediksi awal musim kemarau yang terjadi secara bertahap, mulai April hingga Juni. Sebanyak 57,7 persen wilayah Indonesia atau sekitar 402 zona musim (ZOM) diperkirakan akan memasuki musim kemarau dalam periode tersebut.

Prediksi BMKG ini memberikan gambaran penting bagi masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi kekeringan dan dampaknya. Informasi terperinci mengenai wilayah-wilayah yang terdampak dan sifat musim kemarau di berbagai daerah akan dijelaskan lebih lanjut.

Awal Musim Kemarau di Berbagai Wilayah Indonesia

Wilayah-wilayah di Indonesia memasuki musim kemarau secara bertahap. Beberapa daerah memulai musim kemarau lebih awal, sementara yang lain mengalami keterlambatan.

Pada April, wilayah yang memasuki musim kemarau meliputi Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Mei menandai awal musim kemarau di sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian selatan.

Kemudian, pada Juni, sebagian besar Sumatera, sebagian besar Jawa Barat, Kalimantan bagian selatan, dan sebagian kecil wilayah Sulawesi dan Papua akan memasuki musim kemarau.

BMKG menyatakan bahwa sebagian besar wilayah mengalami awal musim kemarau sesuai dengan kondisi normal. Namun, beberapa wilayah mengalami keterlambatan.

Prediksi Sifat Musim Kemarau 2025

Selain memprediksi awal musim kemarau, BMKG juga memprediksi sifat musim kemarau di berbagai wilayah Indonesia.

Berdasarkan data klimatologi (1991-2020), 60 persen Zona Musim (ZOM) atau 416 ZOM diprediksi mengalami musim kemarau normal.

Baca Juga:  RRQ Valorant: Juara VCT Pacific, Lolos ke Masters Toronto dan EWC Riyadh

Sebanyak 26 persen ZOM (185 ZOM) diprediksi mengalami musim kemarau lebih kering dari normal, sementara 14 persen ZOM (98 ZOM) diprediksi mengalami musim kemarau lebih basah dari normal.

Wilayah dengan musim kemarau normal meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua.

Sementara itu, wilayah dengan musim kemarau lebih kering dari normal meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah.

Sedangkan wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih basah dari normal adalah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

Puncak Musim Kemarau dan Dinamika Atmosfer

BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2025 akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.

Monitoring suhu permukaan laut pada awal Maret 2025 menunjukkan transisi dari La Niña ke fase netral El Niño Southern Oscillation (ENSO).

Indian Ocean Dipole (IOD) juga berada pada fase netral. Kedua fenomena ini diprediksi tetap netral sepanjang musim kemarau 2025.

Kondisi netral ENSO dan IOD ini mengindikasikan musim kemarau tahun ini cenderung normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut.

Meskipun demikian, beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau di atas normal berpotensi menerima curah hujan lebih tinggi dari biasanya.

Kondisi musim kemarau 2025 diperkirakan mirip dengan kondisi pada tahun 2024, berbeda dengan tahun 2023 yang mengalami kekeringan ekstrem dan banyak kebakaran hutan.

Dengan demikian, pemantauan cuaca dan antisipasi tetap diperlukan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau 2025, meskipun BMKG memprediksi kondisi cenderung normal. Kesiapsiagaan tetap penting agar dampak buruk dapat diminimalisir.

Baca Juga:  ChatGPT Belanja: Fitur Baru Saingi Google

Baca Juga

Tinggalkan komentar