Dalam kesaksiannya selama tujuh jam di sidang antitrust Komisi Perdagangan Federal AS (FTC), CEO Meta Mark Zuckerberg secara tegas menyatakan bahwa TikTok merupakan ancaman besar dan mendesak bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pernyataan ini disampaikan di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai bagian dari upaya Meta membantah tuduhan praktik monopoli.
Zuckerberg menjelaskan bahwa lonjakan popularitas TikTok sejak 2018 telah secara signifikan memperlambat pertumbuhan Meta. Situasi ini, menurutnya, telah menjadi prioritas utama perusahaan selama beberapa tahun terakhir.
TikTok: Ancaman Mendesak Bagi Keberlangsungan Meta
Zuckerberg menekankan dampak signifikan yang ditimbulkan oleh TikTok terhadap pertumbuhan Meta. Popularitas TikTok yang meroket telah mengakibatkan penurunan pertumbuhan pengguna dan pendapatan Meta.
Ia menggambarkan situasi ini sebagai “sangat mendesak” dan mengungkapkan bahwa mengatasi tantangan dari TikTok menjadi prioritas utama strategi bisnis Meta saat ini.
Strategi Meta dalam Menghadapi Persaingan dan Tuduhan Monopoli
Sidang antitrust FTC juga menyorot strategi akuisisi Meta, yang dituduh menerapkan pendekatan “beli atau kubur” (buy or bury) untuk menyingkirkan pesaing potensial. FTC menyatakan bahwa Meta telah mengakuisisi Instagram dan WhatsApp untuk mencegah mereka menjadi ancaman serius.
Zuckerberg membantah tuduhan tersebut. Ia berargumen bahwa Facebook dan Instagram kini lebih berfungsi sebagai platform penemuan konten, berbeda dengan fungsinya sebelumnya sebagai tempat interaksi teman dan keluarga.
Ia juga mengakui akuisisi Instagram didorong oleh keunggulan fitur kamera aplikasi tersebut dibandingkan Facebook saat itu. Hal ini, menurutnya, merupakan strategi bisnis yang wajar.
Sebagai bukti, FTC menghadirkan sejumlah email dan pesan lama Zuckerberg. Salah satunya mengungkapkan pertimbangan untuk memisahkan Instagram dari Meta karena kekhawatiran masalah antitrust. Dokumen tersebut menunjukkan bahwa Zuckerberg memperkirakan potensi pemisahan Instagram, dan bahkan WhatsApp, dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan.
Selain itu, terungkap juga bahwa Zuckerberg pernah mengajukan tawaran sebesar USD 6 miliar untuk mengakuisisi Snapchat, namun ditolak oleh CEO Snapchat, Evan Spiegel.
Upaya Perdamaian dan Bukti-Bukti yang Diungkap dalam Persidangan
Sebelum persidangan, Meta dilaporkan telah berupaya mencapai kesepakatan damai dengan FTC. Zuckerberg awalnya menawarkan penyelesaian senilai USD 450 juta, jauh lebih rendah dari tuntutan FTC sebesar USD 30 miliar.
Meskipun tawarannya dinaikkan hingga hampir USD 1 miliar, kesepakatan tetap gagal tercapai. FTC bersikeras pada angka minimal USD 18 miliar, ditambah larangan praktik monopoli.
Email dan pesan internal Meta, termasuk pernyataan Zuckerberg yang mempertimbangkan pemisahan Instagram, digunakan FTC sebagai bukti kuat dalam persidangan.
Mantan COO Facebook, Sheryl Sandberg, juga memberikan kesaksian dan akan menjalani pemeriksaan lanjutan terkait strategi Meta dalam menghadapi kompetitor seperti Instagram sebelum diakuisisi pada tahun 2012, dan layanan Google+ yang sudah ditutup.
Persidangan ini menyoroti persaingan sengit di industri media sosial, dan bagaimana perusahaan besar seperti Meta berupaya menghadapi tantangan dari platform baru seperti TikTok. Ke depan, kita perlu menunggu keputusan akhir dari FTC dan dampaknya terhadap strategi bisnis Meta.
Pernyataan Zuckerberg tentang TikTok sebagai ancaman serius menunjukkan pergeseran signifikan dalam lanskap media sosial. Ini juga menggarisbawahi pentingnya adaptasi dan inovasi bagi perusahaan teknologi untuk tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.